BERBAHAGIALAH ORANG YANG LAPAR DAN HAUS AKAN KEBENARAN
KARENA MEREKA AKAN DIPUASKAN
(Mat 5:6)
Khotbah di bukit ditujukkan kepada orang-orang yang sudah menyangkal diri dan sudah mengetahui akan kebenaran Kristus. Khotbah di bukit ditujukan kepada segelintir orang namun menjadi informasi terbuka bagi orang lain. Jadi orang lain tahu bagaimana mereka akan dituntut hal seperti ini jika ingin mengikuti Yesus. Oleh karena itu sangat wajar saat Mahatma Gandhi kecewa dengan orang-orang Kristen, karena menurutnya seharusnya orang yang telah mengakui dirinya sebagai murid Kristus mengikuti perkataan-perkataan di dalam Khotbah di bukit.
Pada ayat keenam, ini merupakan ayat dimana seorang pengikut Kristus haruslah mencari kebenaran akan Kristus di dalam hidupnya. Mengapa kebenaran digambarkan sebagai lapar dan haus? Karena biasanya orang lapar dan haus akan mencari terus menerus sehingga dia dipuaskan. Ayat ini hendak menggambarkan seorang pengikut Kristus haruslah haus dan lapar akan kebenaran Kristus dan mencari terus menerus kebenaran tersebut. Hidup yang terus menerus mencari kebenaran di dalam Allah akan membuat mereka dipuaskan. Pencarian disini berarti seseorang yang terus menerus mau belajar menumbuhkan karakter Kristus di dalam kehidupannya.
Kelaparan dan kehausan pada saat itu adalah sebuah konteks di jaman Yesus, di mana masyarakat pada saat itu ketakutan untuk kekurangan makanan dan minuman. Oleh karena itu, perkataan ini adalah sebuah tantangan dari Yesus seberapa besarkah kesungguhan kita untuk mencari kebenaran dan hidup dalam kebenaran tersebut?
Ayat ini termasuk salah satu ayat yang terpenting dalam Khotbah di Bukit. Mengapa? Karena ini merupakan syarat dasar dari semua kehidupan saleh. Kondisi rohani orang Kristen seumur hidup mereka akan tergantung pada rasa lapar dan dahaga mereka akan:
(a) kehadiran Allah (Ul 4:29),
(b) Firman Allah (Mazm 119:1-176),
(c) hubungan dengan Kristus (Fili 3:8-10),
(d) persekutuan Roh Kudus (Yoh 7:37-39; 2Kor 13:14),
(e) kebenaran (Mat 5:6),
(f) kuasa kerajaan (Mat 6:33) dan
(g) kedatangan Tuhan kembali (2Tim 4:8).
Banyak hal yang membuat manusia tidak mau mencari kebenaran akan Kristus lagi yaitu Kelaparan orang Kristen terhadap godaan dan tawaran duniawi, tipu daya kekayaan (Mat 13:22), keinginan akan berbagai hal (Mrk 4:19), kenikmatan hidup (Luk 8:14), dan kegagalan untuk tetap tinggal dalam Kristus.
Pada saat kelaparan orang percaya akan Allah dan kebenaran-Nya sudah tidak ada lagi, mereka akan mati secara rohani. Oleh karena itu adalah sangat penting bahwa kita peka terhadap pekerjaan Roh Kudus yang menginsyafkan kita (bd. Yoh 16:8-13; Rom 8:5-16).
Orang yang haus dan lapar akan kebenaran berarti mewujudnyatakan kebenaran itu dalam kehidupannya bukan setengah-setengah saja. Misalkan hanya hidup benar kalau di gereja saja, sedangkan di luar gereja hidup tidak benar tidak apa-apa. Tentu saja bukan seperti itu, Yesus menginginkan pengikutnya melakukan kebenaran bukan hanya sebagian tetapi keseluruhan hidup untuk benar di hadapan Allah. ini juga berhubungan dalam hidup sesama, agar setiap sesama kita diperlakukan adil di dalam kehidupannya.
Di dalam buku Josep Langford “Ibu Theresa:Secret Fire” diceritakan bagaimana Ibu Theresa menggambarkan Allah yang kehausan. Kehausan akan apa? Kehausan akan upaya kita untuk bertobat dan menjalin kasih kepada sesama kita. Allah haus akan pertobatan kita dari ketidakpedulian kita, kekerasan hati kita. Oleh karena itu puaskanlah dahaga Allah dengan menjadikan hidup kita selalu dalam kebenaran akan Kristus dalam kehidupan kita.
Seperti halnya kita haus akan air, demikianlah pula kita harus merasa haus akan Kristus
-Mother Theresa-