Di sini Lukas menceritakan tentang pengadilan Kristus di hadapan Pilatus. Setelah memeriksa Kristus dan sudah menghadapkan Kristus kepada Herodes. Pilatus tidak menemukan kesalahan-kesalahan di dalam diri Yesus. Bahkan Pilatus hendak membebaskanNya. Pada saat itu Pilatus memberikan beberapa pilihan kepada Bangsa Israel, kita dapat melihatnya dalam setiap ayat-ayat di dalam Lukas 23 ini.
1. Untuk memuaskan hati orang banyak, Pilatus mengajukan hukuman fisik bagi Yesus (14-16). Tetapi orang banyak menolaknya (18).
2. Sesungguhnya Pilatus tidak ingin menghukum mati orang yang tidak bersalah, maka sampai tiga kali ia mengajukan tawaran itu (16, 20, 22) dan tetap orang Israel menolaknya.
3. Sesuai tradisi, Pilatus bermaksud melepaskan Yesus pada hari raya orang Yahudi (17). Namun orang banyak malah menuntut hukuman penyaliban atas Yesus (18, 21, 23).
4. Mereka memilih Barabas yang dilepaskan (18). Padahal Barabas adalah seorang pemimpin pemberontakan terhadap Roma (19), karena itu seharusnya Pilatus tidak melepaskan dia.
5. Sampai tiga kali Pilatus mengulangi tawaran untuk menyiksa Yesus. Namun karena kuatir terjadi keributan yang bisa membahayakan jabatannya, akhirnya Pilatus memutuskan untuk memenuhi tuntutan mereka (24). Ia melepaskan Barabas, seorang narapidana dengan dakwaan pemberontakan dan pembunuhan, serta menyerahkan Yesus, yang tidak bersalah, untuk dieksekusi (25).
Paling menarik disini adalah pilihan bangsa Israel kepada Barabas untuk dibebaskan dibandingkan Yesus. Kita dapat melihat di sini Lukas memberikan analaogi yang sangat menarik yaitu sebuah pilihan:
· Yesus yang diidentikkan sebagai Anak Bapa
· Barabas yang juga berarti “anak Bapa” dalam bahasa Ibrani (Bar: Anak; Abba: Bapa).
Ini bisa dilihat sebagai Bangsa Israel lebih memilih “anak Bapa” yang penuh dengan kedengkian, egosentrisme, kejahatan dibandingkan Yesus sebagai Anak Bapa yang penuh dengan kebaikan, kelemahlembutan, Mesias yang hidup. Bangsa Israel yang sebagai umat pilihan menolak Mesiasnya demi kepentingan diri sendiri. Sebagian bangsa Israel menolak kemesiasan Yesus karena hidupnya sudah mapan dan tidak mau mendengarkan kabar sukacita. Mereka lebih suka memegahkan diri sendiri dan tidak mau berubah. Mereka memilih Barabas yang dibebaskan sebagai sebuah bentuk penolakan akan Juruselamat mereka.
Situasi di dalam pengadilan tahap akhir itu sungguh mengerikan dan bisa dikatakan 'gila-gilaan'. Tergambar dengan jelas bahwa manusia telah kehilangan akal sehatnya dan kehilangan nilai- nilai luhur yang seharusnya ada dalam hati nuraninya. Betapa tidak, dalam pengadilan itu terungkap dengan jelas bahwa manusia secara terang-terangan sengaja menolak dan melenyapkan Kebenaran dengan segala risikonya, untuk berpihak dan mempertahankan dusta. Tiga kali Pilatus mengajukan usul untuk membebaskan Yesus dengan kompensasi-kompensasi tertentu, seperti Yesus dihajar terlebih dahulu baru dibebaskan, karena Ia terbukti tidak bersalah. Namun demikian, hal itu tidak dapat memuaskan nafsu dan meredam niat mereka untuk melenyapkan Yesus. Yang lebih tragis lagi, mereka lebih memilih hidup bersama dengan seorang penjahat besar seperti Barabas, daripada harus hidup bersama Yesus yang selama hidup-Nya telah banyak menolong masyarakat, membawa perbaikan sosial bagi masyarakat, dan mengajarkan prinsip-prinsip moral yang sesuai dengan firman-Nya. Segala perbuatan baik yang dilakukan Yesus dianggap sampah dan lebih buruk dari seorang pemberontak dan pembunuh besar.
MANAKAH YANG ENGKAU PILIH? Menjadi sebuah bentuk pertanyaan kepada diri kita sendiri. Apakah kita sebagai pengikut Kristus lebih memilih “Barabas” sebagai sikap hidup kita atau memilih “Kristus” sebagai pedoman hidup kita?
TENTUKAN PILIHANMU DARI SEKARANG...
Ecclesia reformata semper reformanda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar