ecclesia reformata semper reformanda

WELCOME

Selamat datang
All of you are invited!!!

blog ini berisikan tentang renungan saya dalam kehidupan sehari-hari
selain itu ada beberapa karya ilmiah saya pada saat saya studi di sekolah teologi.

Semoga mendapatkan berkat melalui blog ini
Tuhan memberkati
HI FRIENDS, WELCOME TO MY BLOG.. I HOPE YOU LIKE IT..GBU ALWAYS

Jumat, 05 Oktober 2012

The Strangers


Ini adalah kisah saya sekitar tahun 2006 dimana saya masih menjadi mahasiswa tingkat tiga di Sekolah Tinggi Teologi Jakarta.  Pada Senin pagi yang cerah dimana saya akan pergi menuju ke kampus.   Saya seperti biasanya menunggu bis Patas 67 di halte Gunung Sahari.  Pada pagi hari itu, saya melihat banyak sekali orang-orang yang mulai beraktivitas untuk pergi ke kantor, sekolah, dan pedagang yang mulai menjajakan barang dagangannya.

“Rokok, rokok, aqua-aqua, mizone..mizone”  kata-kata yang sudah biasa saya dengar di pagi hari

Kemudian terdengarlah suara bis yang mendekat secara perlahan menuju halte di mana saya berada. Bis ini berwarna putih kusam, cat yang sudah mengelupas di mana-mana, dan kaca jendela yang sudah mulai hilang tidak berada di tempatnya

“Senen-Blok M, Senen Blok M”  teriak seorang kenek bis tersebut.

Itulah pertanda bis yang saya tunggu sudah tiba. Kemudian saya melangkahkan kaki saya untuk menaiki bis tersebut dan menuju kampus saya.
Saat itu kondisi bus dalam keadaan penuh dan hanya tersisa satu tempat saja di bagian depan.  Kemudian saya menuju ke tempat duduk yang saya tuju.  Saya melihat sekeliling saya, ada seorang pria yang duduk sambil menatap kosong ke luar jendela, ada seorang bapak yang sibuk dengan kertas-kertas kerjanya, dan ada anak-anak sekolah yang berbincang menegenai pelajaran sekolah pada hari ini.  Tepat di belakang tempat duduk saya duduklah seorang wanita yang cantik, bau parfumnya mungkin dapat dicium dari sepuluh
meter.

Tibalah saya di tempat duduk yang saya tuju.  Saya melihat di sebelah tempat duduk tersebut ada seorang ibu berjilbab.“Aduuhhhh...duduk deket ibu-ibu berjilbab lagi, seandainya di sebelah wanita cantik itu” gumam saya dalam hati.  Ibu itu tersenyum kepada saya dan saya tidak membalasnya.  Saya hanya duduk menatap ke depan sambil mendegarkan lagu dari mp3 player seakan ibu tersebut hanyalah angin lalu.
Sekitar setengah jam bus ini berjalan, naiklah seorang pengamen yang berbadan kurus, lusuh, rambutnya panjang tidak teratur, berjenggotan, dan bau.  Pengamen itu berdiri di dekat kursi saya dan saya mulai tidak menyukai keberadaan pengamen itu.  *jrennggg..jrengggg* suara gitar mulai dimainkan,
“Akulah arjunaaaaaa...aaaaa.” 
“Gilaaaa.....”kataku dalam hati.
 Saya terkejut dengan suara nyanyiannya. Terkejut bukan karena terkesima akan suaranya yang seperi Frank Sinatra melainkan suaranya laksana suara bajaj yang sedang dipacu kencang dan  meraung-raung yang luar biasa mengganggu pendengaran manusia.

“Hawa tercipta di duniaaaaaaaaaaa........” kembali dinyanyikan oleh pengamen tersebut.

Suara itu terus menerus saya dengar sehingga suara musik yang saya dengar di MP3 player kalah suaranya.  Sekitar limabelas menit kemudian pengamen itu turun setelah meminta uang kepada penumpang-penumpang dan tentu saja saya tidak memberikan uang kepada pengamen tersebut.   

Kemudian  saya bergumam kecil “masih muda saja sudah malas, dasar miskin.”
Gumaman kecil ini ternyata terdengar oleh ibu berjilbab di sebelah saya. 
Lalu dia menegur saya

“Mas, jika tidak mau memberi uang kepada pengamen tadi, lebih baik diam saja tanpa harus menghakiminya.”

Teguran ini membuat saya terkejut dan menunduk malu. 
Belum sempat untuk memikirkan maksud kata-kata dari ibu yang tidak saya kenal itu terdengarlah suara

“Proklamasi proklamasi....” teriak kenek bis,

Pada saat itu saya menyadari bahwa saya telah tiba di dekat kampus saya.  Setelah turun dari bis tersebut dan menuju ke kampus, akhirnya saya dapat merenungkan setiap teguran yang diberikan oleh ibu yang tidak saya kenal itu, dan anehnya saya tidak marah terhadap beliau melainkan mengucapkan syukur kepada Tuhan bahwa telah ditegur olehnya yang tadinya saya anggap remeh.  “Terima kasih Tuhan akan teguranMu kepadaku... saya harus menghargai setiap manusia dari ibu yang berjilbab sampai seorang pengamen”  ucapanku saat memasuki gerbang STT Jakarta.

Tidak ada komentar: