Filipi 4:10-20
Umat meyakini bahwa Allah berkuasa atas
segala macam virus, isolasi, dan depresi,
sehingga umat mendapatkan harapan , kekuatan dan penghiburan ditengah
kondisi saat ini.
Konteks Surat Filipi
Pada saat kita membaca Filipi 4:10-20, maka kita harus
mengerti tentang konteks jemaat dari Filipi.
Jemaat Filipi adalah jemaat yang lahir pada perjalanan penginjilan kedua
Rasul Paulus tercatat dalam Kisah 16:12-40.
Surat ini ditulis dalam keadaan Paulus berada dalam penjara, dan dia
memercayakan rekan sekerjanya Timotius dan Epafroditus kepada gereja. Di dalam Surat Filipi ini, jemaat di Filipi
sedang menjadi sasaran penganiayaan dan serangan dari pihak dunia. Di dalam Filipi 1:28 kita dapat melihat jelas tentang keadaan
tersebut “dengan tiada digentarkan sedikitpun oleh lawanmu. Bagi mereka
semuanya itu adalah tanda kebinasaan, tetapi bagi kamu tanda keselamatan, dan
itu datangnya dari Allah.” Akan
tetapi Paulus tetap memberikan nasehat kepada jemaat Filipi untuk tetap setia
kepada Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Filipi 2:15 supaya kamu tiada
beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di
tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu
bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia. Melalui surat
inilah, Paulus terus menasehatkan jemaat Filipi untuk tetap dapat berdiri teguh
dalam kesulitan mereka (1:27;4:1).
Di dalam Surat Filipi, Paulus menjelaskan keadaannya
yaitu berada dalam penderitaan (penjara).
Namun, ia tetap menyatakan bahwa ia tetap bersukacita dalam keadaan
tersebut karena kasih karunia dari Allah.
Paulus tetap menyerukan sukacita kepada jemaat di Filipi agar mereka
tetap berpegang teguh dalam iman kepada Kristus. Bagaimana mungkin dapat bersukacita dalam
penderitaan? Bagi Paulus, dalam keadaan apapun kita tetap bersukacita karena
hidup dalam persekutuan dengan Tuhan Yesus. Melalui penjelasan ini maka kita juga
mengetahui bahwa baik Paulus ataupun jemaat di Filipi sedang berada dalam
posisi yang susah karena penderitaan dalam kehidupan mereka.
Belajar dari Paulus dan
Jemaat Filipi
Di dalam Surat Filipi ini kita dapat
belajar dari dua sisi yaitu Paulus dan jemaat Filipi. Pembelajaran pertama adalah dari Paulus,
seperti yang sudah kita ketahui berada dalam kesusahan karena berada dalam
penjara. Namun respon Paulus saat
menghadapi kesusahan tersebut adalah dia tetap bersukacita. Di dalam ayat 11, Paulus menegaskan kembali
tentang arti sebuah kecukupan. Paulus
tidak selalu berada dalam kelimpahan malahan sebaliknya, ia sering menderita
kekurangan dan kelaparan. Akan tetapi,
Paulus tetap tidak merasakan kesusahan dan khawatir. Mengapa? Ini dikarenakan Paulus telah belajar
mencukupkan diri dalam segala keadaan.
Di dalam ayat 12, Paulus menjabarkan kembali tentang pengalamannya dalam
penderitaan ini, sehingga ini menegaskan bahwa dia tahu keadaan susah bukan
hanya berdasarkan teori semata melainkan sudah mengalaminya.
Sikap Paulus dalam menghadapi penderitaan ini dapat kita
lihat di dalam ayat 13 Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang
memberi kekuatan kepadaku. Paulus
yakin dan percaya bahwa perkara (penderitaan) dapat ditanggung oleh
dirinya. Mengapa Paulus begitu teguh
dalam menerima penderitaan tersebut? Ini
dikarenakan dia yakin bahwa Tuhan yang akan membuat dirinya kuat dan sanggup
saat menghadapi permasalahannya. Ini
memberi pembelajaran bagi kita, bahwa kita tidak boleh lari dari kesulitan yang
ada, melainkan belajar dari Paulus, ia menerima segala penderitaan yang terjadi
kepada dirinya. Sama seperti kita pada
saat menghadapi kesulitan dalam pandemi Covid-19 ini janganlah kita mengeluh
dan mempersalahkan Tuhan akan setiap kesulitan yang ada, melainkan tetap yakin
dan percaya bahwa ini adalah sebuah proses untuk membuat iman kita semakin
tangguh dalam menghadapi kesulitan hidup ini.
Pembelajaran kedua adalah dari jemaat Filipi. Seperti yang sudah dijabarkan, bahwa jemaat
Filipi bukanlah jemaat yang sedang dalam kondisi baik-baik saja, melainkan
jemaat yang sedang berada dalam tekanan.
Di tengah kesusahan itu, jemaat di Filipi masih memberikan bantuan
kepada Paulus. Jemaat Filipi adalah jemaat
yang melayani kebutuhan Paulus selama ia mengadakan perjalanan saat ia
berangkat dari Makedonia dimana saat itu tidak ada satupun jemaat yang
memerhatikan Paulus(Fil 4:15-17; 1:4-5). Jemaat Filipi memberi yang terbaik
kepada Rasul Paulus dimana mereka memberi
Paulus "suatu persembahan yang harum, suatu korban yang disukai dan yang
berkenan kepada Allah" (Fil 4:18). Perbuatan ini telah menunjukkan persekutuan
antara jemaat Filipi dengan Paulus.
Sekalipun mereka dalam keadaan yang berbeban berat, mereka tidak lupa untuk
berbagi. Bagi Paulus, bantuan ini bukan
hanya berupa bantuan jasmani saja melainkan Paulus senang bahwa pelayanan
pemberitaan Injil tidak ia tanggung sendiri.
Jemaat Filipi menanggungnya bersama-sama dengan Paulus. Paulus juga menilai pemberian dari jemaat
Filipi bukan dari segi nilainya tetapi ia melihat buah sebagai bukti dari kasih
mereka dan ucapan syukur atas kasih karunia Allah kepada mereka.
Di akhir ucapannya, Paulus berdoa bagi jemaat Filipi
karena mungkin dia tidak bisa membalas kebaikan jemaat Filipi, maka ia yakin
dan percaya bahwa hanya Allah saja yang akan memenuhi segala kebutuhan
mereka. Belajar dari jemaat Filipi,
sekalipun mereka dalam keadaan sulit dan kesusahan, mereka tidak lupa untuk berbagi
kepada yang membutuhkan. Di dalam pandemi
covid-19 ini kita dapat melihat berbagai macam egoisme. Pada saat kesulitan melanda, banyak orang
yang hanya memikirkan diri mereka sendiri “asal saya aman.” Mereka tidak peduli dengan keadaan orang lain
yang juga sedang kesulitan, mereka tidak peduli dengan tenaga medis yang
berjibaku untuk menghadapi penyakit ini.
Gereja-gereja juga mulai ketakutan pada saat mereka harus tidak
mengadakan ibadah, karena menyebabkan kekurangan dana dari persembahan. Oleh karena itu, kita belajar dari jemaat
Filipi walaupun dalam kesulitan sekalipun, mereka tetap memberi kepada orang
yang membutuhkan.
COVID = Christ Over Virus Isolation and Depresion,
melalui tema ini kita bukan berarti ketakutan berlebihan ataupun menyepelekan
pandemi ini. Namun, kita dapat belajar
dari Paulus yang tidak menyalahkan Tuhan dalam keadaannya melainkan tetap
percaya bahwa Tuhan akan selalu memberikan kekuatan kepada dirinya. Kita juga belajar dari jemaat Filipi, dalam
kesusahan sekalipun, seharusnya cahaya kemuliaan Tuhan tetap terpancarkan dalam
kehidupan bergereja untuk berbagi terhadap sesama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar