Keadaan dunia pada saat ini mengarah kepada sikap saling tidak peduli
terhadap yang lain. Individualisme
seakan menjadi sebuah gaya hidup dan ini pun masuk dalam lingkungan
gereja. Gereja-gereja mulai tidak
memperhatikan sesamanya ataupun kalau memperhatikan hanya ala kadarnya
saja. Pada saat ini gereja terjebak pada
pietisme pribadi tanpa mengingat bahwa seorang pietis tidak seharusnya
memikirkan egonya sendiri melainkan harus melakukan sebuah tindakan sebagai
dasar spiritualitasnya.
Dunia yang rakus menjadi
sebuah slogan bagi kita semua yang melihat bahwa seperti yang dikatakan oleh
seorang Max Webber bahwa protestantisme membuat seorang kristen menjadi seorang
yang menumbuhkan sikap kerakusan dalam dirinya tanpa disadari. Sikap protestantisme yang mengagungkan kesuksesan
diri sendiri membawa dampak yang buruk, seorang kristen mulai tidak
memperhatikan keadaan lingkungannya dan mulai mengejar kesuksesan untuk
membuktikan bahwa dirinya adalah pilihan Tuhan.
Hal inilah yang ditentang oleh Marx sehingga dia mengkritik sikap
seorang yang beragama di dalam bukunya Das Kapital. Marx, menginginkan seseorang untuk lebih sosialis
dan hidup berkeadilan dalam lingkungannya.
Gereja sebagai tubuh
Kristus seharusnya menjadi gereja yang tidak hanya memperhatikan diri sendiri
melainkan mulai memperhatikan keadaan sesamanya. Hal berbagi sebenarnya sudah menjadi bagian
dalam kehidupan gereja yaitu di dalam Perjamuan Kudus. Di dalam meja Perjamuan
Tuhan, semua manusia diundang untuk mendapatkan anugerah keselamatan. Oleh karena itu, makna perjamuan kudus
mempunyai aspek diakonat (pelayanan terhadap sesama)[1] dan
mengingatkan kita bahwa masih ada orang yang menderita yang berada di bawah
tekanan kemiskinan, mengalami ketidakadilan, dan tersingkirkan. Perjamuan Kudus
bukan hanya sekedar mengingat pengurbanan Kristus, namun memiliki aspek
sosialnya yaitu mau berbagi kepada sesamanya tanpa memandang status dan
golongan.
CONCUPISCENCIA dan UGAHARI
Kami ingin mengaku bahwa satu
milliar orang dalam penderitaan bertahan hidup dengan 1,4 % sumber-sumber daya
dunia, sementara 20% populasi dunia memusatkan 82% sumber-sumber daya dunia di
tangan mereka (doa pengakuan dosa dalam World Communion Of Reformed
Churches).
Concupiscencia sebuah
kata yang seringkali dihubungkan dengan dosa asali. Concupiscence
is understood as an effect of original sin that remains after baptism. The
waters of baptism cleanse us of original sin itself, but concupiscence remains
as a lingering effect. The Catechism of the Catholic Church teaches that
“certain temporal consequences of sin remain in the baptized, such as
suffering, illness, death … as well as an inclination to sin that Tradition
calls concupiscence” (No. 1264, emphasis in original). Concupiscencia bisa dikatakan adalah sebuah
hasrat atau nafsu yang berlebihan atau tidak dapat dikontrol pada hal-hal
duniawi yang berlebih. Di sini bukan
godaanya yang berupa dosa melainkan respon manusia terhadap godaan tersebut.
Hal ini juga dikatakan di dalam Konsili Trente (1545-1563):
concupiscence “comes from sin and induces to sin.”
Yet, concupiscence is not itself sin. Concupiscence makes us vulnerable to sin,
but susceptibility to temptation is not sin. How we act in response to the
temptation determines the rightness or wrongness — the sin. With constant
attention, or more accurately with the acceptance of God’s constant outpouring
of grace, the human person can be unaffected by this tendency to drift off
course.
Seseorang berdosa bukan
karena godaannya melainkan respon terhadap godaan tersebut. keberdosaan gereja dapat terjadi pada saat
mereka mengabaikan panggilannya terhadap lingkungannya. Gereja pada saat ini dapat terjebak pada
pementingan diri sendiri dibandingkan sebuah usaha untuk berbagi terhadap
sesamanya.
Martin Luther King Jr
mengatakan bahwa gereja janganlah merasa cukup dengan hanya menjadi seorang
Samaria. Dia mengatakan bahwa menjadi
seorang Samaria adalah hal yang baik namun gereja harus melampaui hal itu. Gereja
haruslah menjadi gereja yang dapat membuat perjalanan dari Yerikho
hingga Yerusalem aman tanpa terjadinya perampokkan lagi. Untuk mewujudkan hal ini diperlukan yang
namanya keadilan sosial bagi seluruh manusia.
Gereja harus menjadi gereja yang berbagi dan peduli terhadap
sesamanya. Gereja haruslah berugahari
terhadap lingkungannya
Apa itu Ugahari? Di
dalam KBBI ugahari/uga·ha·ri/ kl a 1
sedang; pertengahan; 2 sederhana;keugaharian/ke·u·ga·ha·ri·an/ kl n
kesederhanaan; kesahajaan: walaupun hartanya melimpah ruah,ia hidup dalam ~ dan
sangat dicintai oleh rakyatnya.
Gereja haruslah menjadi gereja yang penuh kesahajaan yang tidak
menonjolkan kelebihannya untuk dipertontonkan melainkan gereja haruslah
sederhana dengan melakukan sikap peduli dan berbagi terhadap orang-orang di
sekelilingnya. Berikanlah kami makanan kami yang secukupnya adalah sebuah kalimat
doa yang menunjukkan sikap kita terhadap concupiscence dan lebih memilih
menjadi seorang yang berugahari dalam kehidupan.
Sikap yang berugahari di dalam gereja adalah salah satu langkah awal gereja untuk dapat berbagi. Mengapa? Di dalam dasar Alkitab dikatakan bahwa sikap hidup jemaat mula-mula yang menjadi awal mengapa banyak orang yang tertarik menjadi orang Kristen. Bahkan Kristus pun mengidentikkan sikap seorang muridNya adalah saat mereka saling BERBAGI Kasih. Oleh sebab itu gereja pun harus bersama-sama memikirkan konsep berbagi ini dalam setiap program-program yang direncanakan. Soli Deo Gloria
Sikap yang berugahari di dalam gereja adalah salah satu langkah awal gereja untuk dapat berbagi. Mengapa? Di dalam dasar Alkitab dikatakan bahwa sikap hidup jemaat mula-mula yang menjadi awal mengapa banyak orang yang tertarik menjadi orang Kristen. Bahkan Kristus pun mengidentikkan sikap seorang muridNya adalah saat mereka saling BERBAGI Kasih. Oleh sebab itu gereja pun harus bersama-sama memikirkan konsep berbagi ini dalam setiap program-program yang direncanakan. Soli Deo Gloria
Tidak ada komentar:
Posting Komentar