ecclesia reformata semper reformanda

WELCOME

Selamat datang
All of you are invited!!!

blog ini berisikan tentang renungan saya dalam kehidupan sehari-hari
selain itu ada beberapa karya ilmiah saya pada saat saya studi di sekolah teologi.

Semoga mendapatkan berkat melalui blog ini
Tuhan memberkati
HI FRIENDS, WELCOME TO MY BLOG.. I HOPE YOU LIKE IT..GBU ALWAYS

Selasa, 21 November 2017

Gereja berbagi dan peduli

Keadaan dunia pada saat ini mengarah kepada sikap saling tidak peduli terhadap yang lain.  Individualisme seakan menjadi sebuah gaya hidup dan ini pun masuk dalam lingkungan gereja.  Gereja-gereja mulai tidak memperhatikan sesamanya ataupun kalau memperhatikan hanya ala kadarnya saja.  Pada saat ini gereja terjebak pada pietisme pribadi tanpa mengingat bahwa seorang pietis tidak seharusnya memikirkan egonya sendiri melainkan harus melakukan sebuah tindakan sebagai dasar spiritualitasnya.

Dunia yang rakus menjadi sebuah slogan bagi kita semua yang melihat bahwa seperti yang dikatakan oleh seorang Max Webber bahwa protestantisme membuat seorang kristen menjadi seorang yang menumbuhkan sikap kerakusan dalam dirinya tanpa disadari.  Sikap protestantisme yang mengagungkan kesuksesan diri sendiri membawa dampak yang buruk, seorang kristen mulai tidak memperhatikan keadaan lingkungannya dan mulai mengejar kesuksesan untuk membuktikan bahwa dirinya adalah pilihan Tuhan.  Hal inilah yang ditentang oleh Marx sehingga dia mengkritik sikap seorang yang beragama di dalam bukunya Das Kapital.  Marx, menginginkan seseorang untuk lebih sosialis dan hidup berkeadilan dalam lingkungannya.

Gereja sebagai tubuh Kristus seharusnya menjadi gereja yang tidak hanya memperhatikan diri sendiri melainkan mulai memperhatikan keadaan sesamanya.  Hal berbagi sebenarnya sudah menjadi bagian dalam kehidupan gereja yaitu di dalam Perjamuan Kudus. Di dalam meja Perjamuan Tuhan, semua manusia diundang untuk mendapatkan anugerah keselamatan.  Oleh karena itu, makna perjamuan kudus mempunyai aspek diakonat (pelayanan terhadap sesama)[1] dan mengingatkan kita bahwa masih ada orang yang menderita yang berada di bawah tekanan kemiskinan, mengalami ketidakadilan, dan tersingkirkan. Perjamuan Kudus bukan hanya sekedar mengingat pengurbanan Kristus, namun memiliki aspek sosialnya yaitu mau berbagi kepada sesamanya tanpa memandang status dan golongan.

CONCUPISCENCIA dan UGAHARI
Kami ingin mengaku bahwa satu milliar orang dalam penderitaan bertahan hidup dengan 1,4 % sumber-sumber daya dunia, sementara 20% populasi dunia memusatkan 82% sumber-sumber daya dunia di tangan mereka (doa pengakuan dosa dalam World Communion Of Reformed Churches). 

Concupiscencia sebuah kata yang seringkali dihubungkan dengan dosa asali.  Concupiscence is understood as an effect of original sin that remains after baptism. The waters of baptism cleanse us of original sin itself, but concupiscence remains as a lingering effect. The Catechism of the Catholic Church teaches that “certain temporal consequences of sin remain in the baptized, such as suffering, illness, death … as well as an inclination to sin that Tradition calls concupiscence” (No. 1264, emphasis in original).  Concupiscencia bisa dikatakan adalah sebuah hasrat atau nafsu yang berlebihan atau tidak dapat dikontrol pada hal-hal duniawi yang berlebih.  Di sini bukan godaanya yang berupa dosa melainkan respon manusia terhadap godaan tersebut. Hal ini juga dikatakan di dalam Konsili Trente (1545-1563):
concupiscence “comes from sin and induces to sin.” Yet, concupiscence is not itself sin. Concupiscence makes us vulnerable to sin, but susceptibility to temptation is not sin. How we act in response to the temptation determines the rightness or wrongness — the sin. With constant attention, or more accurately with the acceptance of God’s constant outpouring of grace, the human person can be unaffected by this tendency to drift off course.

Seseorang berdosa bukan karena godaannya melainkan respon terhadap godaan tersebut.  keberdosaan gereja dapat terjadi pada saat mereka mengabaikan panggilannya terhadap lingkungannya.  Gereja pada saat ini dapat terjebak pada pementingan diri sendiri dibandingkan sebuah usaha untuk berbagi terhadap sesamanya.

Martin Luther King Jr mengatakan bahwa gereja janganlah merasa cukup dengan hanya menjadi seorang Samaria.  Dia mengatakan bahwa menjadi seorang Samaria adalah hal yang baik namun gereja harus melampaui hal itu.  Gereja  haruslah menjadi gereja yang dapat membuat perjalanan dari Yerikho hingga Yerusalem aman tanpa terjadinya perampokkan lagi.  Untuk mewujudkan hal ini diperlukan yang namanya keadilan sosial bagi seluruh manusia.  Gereja harus menjadi gereja yang berbagi dan peduli terhadap sesamanya.  Gereja haruslah berugahari terhadap lingkungannya

Apa itu Ugahari? Di dalam KBBI ugahari/uga·ha·ri/ kl a 1 sedang; pertengahan; 2 sederhana;keugaharian/ke·u·ga·ha·ri·an/ kl n kesederhanaan; kesahajaan: walaupun hartanya melimpah ruah,ia hidup dalam ~ dan sangat dicintai oleh rakyatnya.  Gereja haruslah menjadi gereja yang penuh kesahajaan yang tidak menonjolkan kelebihannya untuk dipertontonkan melainkan gereja haruslah sederhana dengan melakukan sikap peduli dan berbagi terhadap orang-orang di sekelilingnya.  Berikanlah kami makanan kami yang secukupnya adalah sebuah kalimat doa yang menunjukkan sikap kita terhadap concupiscence dan lebih memilih menjadi seorang yang berugahari dalam kehidupan.

Sikap yang berugahari di dalam gereja adalah salah satu langkah awal gereja untuk dapat berbagi.  Mengapa? Di dalam dasar Alkitab dikatakan bahwa sikap hidup jemaat mula-mula yang menjadi awal mengapa banyak orang yang tertarik menjadi orang Kristen.  Bahkan Kristus pun mengidentikkan sikap seorang muridNya adalah saat mereka saling BERBAGI Kasih.  Oleh sebab itu gereja pun harus bersama-sama memikirkan konsep berbagi ini dalam setiap program-program yang direncanakan. Soli Deo Gloria




                [1] Henri Veldhuis, Kutahu yang Kupercaya (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2010), hal 254)

Tidak ada komentar: