Cinta adalah kekuatan
paling lembut di dunia
-Mahatma Gandhi-
Umat
yang terkasih dalam Yesus Kristus, pernyataan cinta tidak memandang perbedaan
memang tepat benar adanya. Mengapa? Karena melalui cinta batasan-batasan yang
ada dapat ditembus atau dihancurkan.
Cinta tidak memandang etnis, budaya, status ekonomi dan sosial, bahkan
cinta dapat membuat seseorang berubah pemikiran dan pandangannya terdapat
hal-hal yang menjadi prinsipnya. Salah
satu contohnya adalah di dalam cerita mengenai penglihatan Petrus tentang
makanan haram dan halal.
Penglihatan
Petrus bukan hanya sekadar tentang makanan yang halal ataupun haram melainkan
apakah keselamatan diberikan kepada kaum Non-Yahudi? Apakah Injil dapat
diberikan kepada kaum di luar Yahudi?
Umat yang terkasih dalam Yesus Kristus, keselamatan dalam bangsa lain
adalah sebuah konsep yang tidak pernah ada dipikirkan oleh bangsa Israel. Pandangan mereka adalah
·
Bangsa Israel adalah Bangsa pilihan Allah
·
Bangsa Israel sajalah yang diselamatkan bukan
bangsa yang lain
·
Bangsa tak bersunat dan kafir tidak layak
diselamatkan
Oleh karena
itu, penglihatan Petrus menimbulkan kegemparan iman pada saat itu bahkan untuk pengikut
Kristus sekalipun. Namun Petrus dengan
bijak dan hikmat dari Tuhan menjawab mereka “Jadi jika Allah memberikan
karunia-Nya kepada mereka sama seperti kepada kita pada waktu kita mulai
percaya kepada Yesus Kristus, bagaimanakah mungkin aku mencegah Dia?" (Kis
11:17). Petrus melihat bahwa keselamatan
diberikan pada bangsa lain karena Kasih Allah yang melampaui batasan-batasan
yang dibuat bangsa Israel pada saat itu.
Akhirnya, melalui penjelasan dari Petrus, komunitas murid Kristus dengan
pola pikir yang lama diperbaharui melalui kasih Allah kepada seluruh bangsa. Konsep Kasih Allah kepada semua manusia
menjadi kekuatan baru bagi komunitas tersebut.
Itu konteks
pada masa lalu bagaimana dengan masa sekarang? seringkali kita menjadi hakim
bagi sesama kita. Kita dengan mudah
melihat orang lain lebih berdosa dibandingkan diri sendiri. Penghakiman seringkali terjadi karena
perbedaan yang terjadi dalam diri seseorang.
Padahal Yesus mengidentikkan pengikutNya dengan kasih “Aku memberikan
perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku
telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi“ (Yoh
13:34). Menjadi pengikut Kristus berarti
bukanlah menghakimi orang lain karena perbedaan melainkan bagaimana kita tetap
dapat mengasihi sesama kita manusia apapun statusnya.
Yesus
mengasihi orang-orang yang dianggap hina pada zamanNya seperti pelacur,
pemungut pajak, orang kusta, dll. Yesus tidak menghakimi tetapi memberikan
kasih melalui kasih tersebut terjadi sebuah perubahan dalam kehidupan orang
lain.
Gereja sebagai
komunitas (Komunitas berasal dari kata Komuni dalam bahasa Inggris: communion,
dari bahasa Latin: communio yang berarti "berbagi bersama") haruslah
menunjukkan menjadi komunitas pengikut Kristus yang saling berbagi dan saling
mengasihi satu dengan yang lain. Apa yang harus dilakukan gereja? Seperti yang
Paulus tuliskan “Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani [budaya
dan etnis], tidak ada hamba atau orang merdeka [ekonomi dan sosial], tidak ada
laki-laki atau perempuan [gender], karena kamu semua adalah satu di dalam
Kristus Yesus” (Gal. 3:28).
Gereja sebagai
komunitas Kristus haruslah mengupayakan 3 hal ini yaitu
1.
Share
(berbagi). “Tidak ada kasih yang
lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk
sahabat-sahabatnya” (Yoh. 15:13). Yesus berbagi terhadap sesamaNya bahkan
nyawaNya untuk menyelamatkan umat manusia.
Marilah ingatlah prinsip komunitas (berbagi sesama). Konsep berbagi ini berarti melepaskan ego
dalam diri sendiri.
2.
Care
(berempati). Menjadi pengikut Kristus berarti haruslah berempati kepada
sesamanya. Di dalam Matius 14:14,16
Menjadi pengikut Kristus berarti haruslah berempati terhadap sesama manusia
dengan melakukan sebuah tindakan.
3.
Joy
(Bersukacita). Menjadi pengikut Kristus haruslah dapat bersukacita dan
membuat suasana sukacita di dalam kehidupan bergereja. Sebuah suasana sukacita adalah hasil dari
tindakan berbagi dan berempati terhadap sesama.
Marilah Umat
kita bersama-sama menjadi saksi bagi sesama bukan hakim bagi sesama sehingga
semua orang akan tahu kita adalah murid Kristus jika kita saling mengasihi satu
dengan yang lain. Tuhan memberkati kita.
Pdt. David Roestandi Surya Sutanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar